PENDEKATAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM & PEMBELAJARAN
Tugas
Makalah ini Dibuat dalam Rangka Pemenuhan Tugas Mingguan
Pada
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
DOSEN PEMBINA
Moh. Zaini, S.Pd., M.Pd
Nama
Anggota Kelompok
Nama
|
Nim
|
|
Nkp
|
Nikel
|
Ahmad Tanzil Itqan |
2121000210269 |
|
|
|
Agnes
Ismiyanti
Agripina Rafu Bouk |
|
|
|
|
Yakobus
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Notes:
Nkp
: Nilai Kemampuan Personal
Nikel
: Nilai Kelompok
JURUSAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
INSTITUT KEGURUAN ILMU
PENDIDIKAN BUDI UTOMO MALANG
2013
I. PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada
titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum.
Pengembangan
kurikulum mempunyai makna yang cukup luas menurut Sukmadinata (2000 :
1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang
sama sekali baru(curriculum
construction).
Selanjutnya juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum
berarti menyusun seluruh perangkat kurikulm mulai dari dasar-dasar
kurikulum, struktur dan sabaran mata pelajaran, garis-garis besar
program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan program
pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro
curriculum). Pada
sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang
disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan yang
lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru disekolah. Seperti
menyusun rencana tahunan, caturwulan, satuan pembelajaran, dan
lain-lain (micro
curriculum).
Yang
dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini bisa mencakup
keduanya, tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan
kurikulum itu sendiri.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat di rumusan masalah
yaitu sebagai berikut:
- Bagaimana pendekatan administrative dalam pengembangan kurikulum?
- Bagaimana pendekatan top down dalam pengembangan kurikulum?
- Bagaimana pendekatan grass root dalam pengembangan kurikulum?
- Bagaimana pendekatan demonstrasi dalam pengembangan kurikulum?
- Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah “Pendekatan Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran” ini yaitu untuk mengetahui, memahami
pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran
seperti: administrative
dalam pengembangan kurikulum, pendekatan top down dalam pengembangan
kurikulum, pendekatan grass root dalam pengembangan kurikulum, dan
pendekatan demonstrasi dalam pengembangan kurikulum.
II.
PEMBAHASAN
- PENDEKATAN ADMINISTRATIF
Model Administratif atau
garis-komando (line-staff)merupakan
pola pemmgembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang
paling dikenal (Zais, 1976 : 447; Nana Sy. Sukmadinata, 1988 :179).
Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja
atasan-bawahan (top-down)
yang
dipasang efektif dalam pelaksanaan perubahan, termasuk perubahan
kurikulum.
Model
administrasi/garis-komando memiliki langkah-langkah berikut ini:
- Administrator pendidikan/top administrative officers (pemimpin) membentuk komisi pengarah.
- Komisi pengarah (streering comitte) bertugas merumuskan rencana umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagaipedoman, dan menyiapkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah sekolah.
- Membentuk komisi kerja pengembangan kurikulum secara operasional mencakup keseluruhan komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
- Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap perlu. Karena pengembangan kurikulum model administrative ini berdasarkan konsep, inisiatif dan arahan dari atas kebawah, maka akan memerlukan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan adanya tuntutan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.
Dari uraian mengenai model
pengembangan kurikulum administratif, kita dapat menendai adanya dua
kegiatan didalamnya: a) menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum
baru, dan b) menyiapkan istalasi atau implementasi dokumen. Dengan
kata lain model administrative/garis komando membutuhkan kegiatan
penyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan
agar dapat melaksanakan kurikulum dengan baik.
- Pendekatan Top Down
Dikatakan Pendekatan top
down, disebabkan
pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan
atau para administrator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat)
pendidikan seperti dirjen atau para kepala Kantor Wilayah.
Selanjutnya dengan menggunakan semacam garis komando, pengembangan
kurikulum menetes ke bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah,
pendekatan ini juga dinamakan line
staff model.
Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di Negara-negara yang memiliki
system endidikan sentralisasi.
Dilihat dari cakupan
pengembangannya, pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk
menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curriculum
construkction) ataupun
untuk penyempurnaan kurikulum yang bsudah ada (curriculum
improvement).
Prosedur kerja atau proses
pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-kira sebagai berikut.
Langkah pertama,
dimulai
dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim
biasanya terdiri dari pejabat yang ada di bawahnya, seperti para
pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa
juga ditambah dengan para tokkoh dari dunia kerja. Tugas tim pengarah
ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
Langkah kedua, adalah
menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Anggota
kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin
ilmu dari perguruan tinggi, ditambahkan dengan guru-guru senior yang
dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim ini adalah merumuskan
tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih
dan menyusun sequence
bahan
pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat atau petunjuk
evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi
guru.
Ketiga, apabila
kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja,
selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan
diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu kurikulum
itu diuji cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang
ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji coba itu digunakan
sebagai bahan penyempurnaan.
Keempat, para
administrastor selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.
Dari langkah-langkah
pengembangan yang telah dikemukakan di atas, maka tampak jelas bahwa
inisiatif penyempurnaan atau perubahan kurikulum dimulai oleh
pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat yang berhubungan
dengan pendidikan; sedangkan tugas guru hanya sebagai pelaksana
kurikulum, yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan. Oleh
karena itulah, proses pengembangan dengan pendekatan top
down
dinamaka juga pendekatan dengan system komando.
- Pendekatan Grass roots
Kalau pada apendekatan
administrative inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para
pemegang kebijakan kemudian turun ke staf-nya atau dari atas ke
bawah, maka dalam model grass
roots, inisiatif
pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru
sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih
luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum
dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka
pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam menyempurnaan kurikulum
(curriculum
improvement),
walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam
pengembangan kurikulum baru (curriculum
construction).
Pendekatan grass
roots dapat
berlangsung. Pertama,
manakala
kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberian
kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui
atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Kurikulum
yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan
teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini.
Kedua, pendekatan
grass roots
hanya
mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap profesional yang tinggi
disertai kemampuan yang memadai. Sikap professional itu biasanya
ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru
dala upaya meningkatkan kinerjanya. Seorang professional itu akan
selalu berusaha menambah pengetahuan dan wawasannya dengan menggali
sumber-sumber pengetahuan; ia juga akan selau mencoba dan mencoba
untuk mencapai kesempurnaan. A tidak akan puas dengan hasil yang
minimal. Ia bisa tenang manakal hasil kinerjanya telah sesuai dengan
target maksimalnya. Dalam kondisi yang demikianlah grass
roots akan
terjadi.
Ada beberapa langkah
penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan
pendekatan grass
roots ini.
Pertama,
menyadari adanya masalah. Pendekatan grass
roots ini
biasanya diawali dengan keresahan guru tentang kurikulum yang
berlaku. Misalnya dirasakan ketidak cocokan penggunaan strategi
pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yagn diharapkan, atau
masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa
terganggu, dan lain sebagainya. Pemahaman dan kesadaran guru akan
adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass
roots. Tanpa
adanya kesadaran masalah tidak mungkin
gras root dapat
berlangsung.
Kedua, mengadakan
refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita
berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi
dilakukan dengan mengkaji leteratul yang relevan misalnya dengan
membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah
yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain misalnya melacak
sumber-sumber dari internet; atau melakukan diskusi dengan teman
sejawat dan mengkaji sumber dari lapangan, misalnya melakukan
wawancara dengan siswa, orang tua atau sumber lain.
Ketiga, mengajukan
hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan hasil kajian refleksi,
selanjutnya guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan
cara pengulangannya.
Keempat,
menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai
kemungkinan bisa kita laksanakan. Dalam langkah ini kita hanya bisa
memilih kemungkinan yang dapat kita lakukan dan selanjutnya
merencakan apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan berbagai
kemungkinan yang akan muncul, misalnya sebagai hambatan yang akan
terjadi sehingga lebiha dan kita akan dapat mengatasi
hambatan-hambatan tersebut.
Kelima,
mengimplemenasikan
perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga
terpecahlah masalah yang dihadapi. Dalam proses pelaksanaanya kita
dapat berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat.
Keenam, membuat
dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melui grass
roots .
langkah ini sangat penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan
diseminasi, sehingga kemungkinan dapat dimanfaatkan dan diterapkan
oleh orang lain yang pada glirannya hasil pengembangan dapat
tersebar.
Manakala kita diperhatikan,
peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kuriulum
dengan pendekatan grass
roots
sangat menentukan. Tugas para administrator dalam pengembangan model
ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan akan tetapi
hanya sebagai motivator, dan fasilitator. Perubahan atau
penyempurnaan kurikulum bisa dimulai oleh guru secara individual atau
bisa juga oleh kelompok guru, contohnya guru-guru bidang studi dari
beberapa sekolah.
- Pendekatan Demonstrasi
Membahas tentang demonstrasi
tentunya kita tidak ernah lepas dari penyelenggaran pemakaian suatu
produk dalam hal ini kurikulum. Pada pendekatan demonstrasi ini
mengandung tiga unsur sebagai berikut:
- Pendidikan kewarganegaraan.
- Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
- Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari.
- Pendidikan kewarganegaraan
Berorientasi pada system
politik Negara yang menentukan peranan, hak dan kewajiban tiap
Negara.
Dalam masyarakat demokratis,
waganegara dapat dimasukkan tiga kategori:
- Warganegara yang apais, yang acuh tak acuh dan tak berpartisipasi dalam proses politik.
- Warganegara yang pasif, yang partisipasinya minimal (misalnya hanya turut dalam pemilihan umum).
- Warganegara aktif, yang turut aktif merumuskan policy kebijaksanaan, memilih wakil, perbaiki undang-undang dan mengubah peraturan yang tidak adil.
Peranan pendidikan ialah
mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
untuk disumbangkan kepada kesejahteraan umum sebagai warganegara
aktif.
R. Freeman Butts dalam “The
Revival of Civic Learning” mengemukakan
daftar sepuluh konsep, yang menurut pendapatnya, dapat dijadikan asas
kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan, yakni:
(1)
Keadilan (Justice)
(2)
Kemerdekaan (freedom),
hak
kebebasan asasi bagi semua warga Negara;
yakni: - hak hidup sebagai manusia terhormat, bebas untuk
merealisasikan diri , aman terhadap ancaman, dan lain-lain;
yakni: - hak hidup sebagai manusia terhormat, bebas untuk
merealisasikan diri , aman terhadap ancaman, dan lain-lain;
- hak bicara, berpikir,
menulis dan mengeluarkan pendapat
tanpa halangan yang tak layak;
- hak untuk berpartisipasi penuh dalam pemerintahan.
tanpa halangan yang tak layak;
- hak untuk berpartisipasi penuh dalam pemerintahan.
(4)
Kesamaan (equality),
kesamaan
hak dan kesempatan.
(5)
Otoritas, (authority),
kekuasaan
yang diperoleh secara moral, legal, dan
disahkan oleh peraturan, undang-undang, dan tradisi.
disahkan oleh peraturan, undang-undang, dan tradisi.
(6)
Ke-prive-an (privacy)
hak untuk
tidak diganggu dan hak untuk
menentukan keterangan pribadi apa yang dapat disampaikan kepada
orang lain.
menentukan keterangan pribadi apa yang dapat disampaikan kepada
orang lain.
(7)
Proses hokum (due
proses), hak
perlindungan di bawah undang-undang
bila dan jika ada tuduhan, perlindungan terhadap hukuman dan
penahanan yang sewenang-wenang.
bila dan jika ada tuduhan, perlindungan terhadap hukuman dan
penahanan yang sewenang-wenang.
(8)
Partisipation (participation),
kesempatan
untuk turut serta secara
langsung dalam pemerintah lokal, tingkatan mikro, maupun melaui
perwakilan pada tingkatan makro.
langsung dalam pemerintah lokal, tingkatan mikro, maupun melaui
perwakilan pada tingkatan makro.
(9)
Kewajiban pribadi bagi kesejahteraan umum, (personal
obligation for the
public good) rasa kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap orang
lain, pada taraf lokal, national, maupun internasional, seiring dengan rasa
loyalitas, partiotisme, disiplin, dan kewajiban terhadap negara.
public good) rasa kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap orang
lain, pada taraf lokal, national, maupun internasional, seiring dengan rasa
loyalitas, partiotisme, disiplin, dan kewajiban terhadap negara.
(10)
Hak asasi manusia internasional (international
human rights),
pemahaman global mengenai hak asasi manusia, menuju “dunia yang
lebih adil”.
pemahaman global mengenai hak asasi manusia, menuju “dunia yang
lebih adil”.
Selain
konsep-konsep di atas, kebanyakan program Pendidikan Kewarganegaraan
juga mengajarkan berbagai keterampilan seperti kepemimpinan, berpikir
kritis, pemecahan masalah, dan sebagainya serta sikap yang dituntut
dari tiap warganegara yang baik
2).
Pendidikan
Pembangunan nasional
Tujuan
pendidikan ini ialah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan. Untuk itu harus diadakan proyeksi
kebutuhan tenaga kerja yang cermat. Para pakar tenaga kerja harus
memperhitungkan dengan eksak jumlah guru, ahli kimia, insinyur
pertanian, ahli bedah, dan sebagainya yang diperlukan tiap tahun.
System pendidikan diatur sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan
tenaga kerja menurut spesifikasi yang telah diproyeksikan dalam batas
kemampuan keuangan Negara. Para pengembang kurikulum bertugas untuk
mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan di
duduki. Suatu system testing yang komprehensif harus disusun untuk
menjaring mereka yang memperlihatkan bakat yang sesuai dengan program
tertentu.
- Pendidikan Keterampilan Untuk Kehidupan Praktis
Keterampilan yang diperlukan
bagi kehidupan sehari-hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang
tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek
pengetahuan dan sikap, yakni:
- Keterampilan untuk mencari nafkah dan rangka system ekonomi suatu Negara.
- Kemampuan untuk mengembangkan masyarakat.
- Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
- Keterampilan sebagai warga Negara yang baik
Pendekatan ini menghubungkan
humanism dengan pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan pembangunan
nasional.
III.
PENUTUP
- Kesimpulan
Adapun
Kesimpulan dari hasil pembahasan diatas ialah:
- Model pengembangan kurikulum administratif, kita dapat menendai adanya dua kegiatan didalamnya: a) menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan b) menyiapkan istalasi atau implementasi dokumen. Dengan kata lain model administrative/garis komando membutuhkan kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan agar dapat melaksanakan kurikulum dengan baik.
- Dikatakan Pendekatan top down, disebabkan pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau para kepala Kantor Wilayah.
- pendekatan grass roots lebih banyak digunakan dalam menyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).
- Pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberian kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap profesional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai.
- Pada pendekata demonstrasi bahwa peranan pendidikan ialah mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk disumbangkan kepada kesejahteraan umum sebagai warganegara aktif.
- Saran
Untuk dapat menjadi
pengembangkurikulum yang andal, guru dituntut untuk memiliki sejumlah
kemampuan. Dalam rangka memberikan dan/atau membentuk kompetensi guru
maka guru haruslah diberikan kesempatan terlibat secara langsung
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah kurikulum.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2009.
Belajar dan
pembelajaran, Jakarta:
PT Rineka Cipta. Cet.Ke-4
Hamalik, Oemar. 2003.
Kurikulum
dan Pembelajaran, Jakarta:
PT Bumi Aksara. Ed.1, Cet.Ke-6
Sanjaya, Wina. 2008.
KURIKULUM
DAN PEMBELAJARAN Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:
Kencana.
Ed. Pertama, Cet.Ke-1
Sukmadinata, Nana syaodih.
1988. Prinsip
dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Jakarta:
Depdikbud
Zais, Robert S. 1976.
Curriculu:
Principles and Foundation. New
York: Harper & Row, Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar